Laszlo Krasznahorkai Raih Nobel Sastra 2025, Simbol Kekuatan Seni di Tengah Dunia yang Gelap - Etolesa Laszlo Krasznahorkai Raih Nobel Sastra 2025, Simbol Kekuatan Seni di Tengah Dunia yang Gelap | Etolesa

Laszlo Krasznahorkai Raih Nobel Sastra 2025, Simbol Kekuatan Seni di Tengah Dunia yang Gelap

Sabtu, 11 Oktober 2025, 19:47
Laszlo Krasznahorkai Raih Nobel Sastra 2025, Simbol Kekuatan Seni di Tengah Dunia yang Gelap

ETOLESA.WEB.ID - Penulis asal Hungaria, Laszlo Krasznahorkai, resmi dinobatkan sebagai pemenang Penghargaan Nobel Sastra 2025, sebagaimana diumumkan oleh Akademi Swedia pada Kamis (9/10). Nama Krasznahorkai sudah lama bergaung di dunia sastra internasional sebagai sosok yang menghadirkan narasi apokaliptik dan visioner, dan tahun ini ia akhirnya menerima pengakuan tertinggi dalam dunia literasi global.

Sekretaris tetap Akademi Swedia, Mats Malm, menyebut Krasznahorkai dianugerahi Nobel “atas karya-karyanya yang menggugah dan visioner” yang “di tengah teror apokaliptik mampu menegaskan kembali kekuatan seni.” Gaya tulisannya yang pascamodern dan atmosfer distopia dalam kisah-kisahnya menjadikan ia ikon penting dalam sastra Eropa Timur modern.

Beberapa karya terkenalnya seperti Satantango (1985) dan The Melancholy of Resistance (1989) telah diadaptasi menjadi film oleh sutradara legendaris Bela Tarr, kolaborator lamanya. Dalam pernyataannya, Malm menyebut Krasznahorkai sebagai “penulis epik besar dalam tradisi Eropa Tengah yang mengalir dari Kafka hingga Thomas Bernhard, dicirikan oleh absurdisme dan kelebihan yang grotesk.”

Penghargaan Nobel Sastra dikenal sebagai puncak prestasi bagi seorang penulis. Nama Krasznahorkai sendiri sudah sering masuk daftar kandidat dalam satu dekade terakhir, menjadikannya salah satu sosok paling dinanti di dunia sastra.

Berbicara kepada Radio Swedia, Krasznahorkai yang kini berusia 71 tahun mengaku tak menyangka perjalanan menulisnya akan sepanjang ini. “Hidup saya adalah koreksi yang abadi,” ujarnya lembut. Ia bercerita bahwa semula hanya berniat menulis satu buku, namun setelah membaca Satantango, ia terdorong untuk terus memperbaiki diri lewat karya-karya berikutnya.

Kepada situs resmi Nobel, ia menambahkan, “Saya sangat sedih ketika memikirkan keadaan dunia saat ini, dan itulah inspirasi terdalam saya.” Ia mengaku bahwa kepahitan dan kesedihan adalah bahan bakar kreativitasnya.

Karyanya dikenal sarat suasana suram, namun selalu diselipkan humor absurd yang halus. Dalam wawancara dengan The Guardian, saat ditanya buku mana yang cocok bagi pembaca baru, ia menjawab, “Jika ada pembaca yang belum membaca buku-buku saya, saya tidak dapat merekomendasikan apa pun untuk mereka baca; sebaliknya, saya akan menyarankan mereka duduk di tepi sungai, tanpa melakukan apa pun, tanpa memikirkan apa pun, hanya diam seperti batu.”

Kritikus Amerika Susan Sontag bahkan pernah menyebutnya sebagai “master of the apocalypse,” julukan yang diabadikan Akademi Swedia dalam pernyataannya.

Lahir di Gyula pada 1954, Krasznahorkai menempuh pendidikan sastra di Universitas Budapest sebelum menerima beasiswa ke Berlin Barat pada 1987. Setelah novel debutnya Satantango terbit, namanya langsung melambung di dunia sastra Hungaria.

Pasca runtuhnya komunisme, ia banyak melakukan perjalanan ke Cina, yang kemudian melahirkan buku perjalanan Destruction and Sorrow Beneath the Heavens (2004). Novel terkenalnya War & War (2006) ditulis ketika ia tinggal di apartemen penyair Allen Ginsberg di New York, pengalaman yang disebutnya sangat memengaruhi gaya penulisannya.

Karya terbarunya, Herscht 07769 (2021), diterjemahkan ke bahasa Inggris pada 2024 dan disebut sebagai “novel Jerman kontemporer yang agung.” Buku ini menggambarkan keresahan sosial melalui surat-surat panjang kepada Angela Merkel, ditulis oleh tokoh fiktif yang hidup di Thuringia. Novel sepanjang 400 halaman itu hanya memiliki satu tanda titik, menegaskan gaya khas Krasznahorkai yang dikenal dengan kalimat panjang dan mengalir tanpa henti.

Dalam beberapa tahun terakhir, peraih International Booker Prize (2015) dan US National Book Award for Translated Literature (2019) ini memilih hidup tenang di pedesaan Hungaria. Ia kini menjadi penulis kedua dari Hungaria yang memenangkan Nobel Sastra setelah Imre Kertesz pada 2002.

Meski kerap menjadi kritikus keras pemerintahan Viktor Orban, Perdana Menteri Hungaria itu tetap memberikan ucapan selamat. Lewat akun X (Twitter), Orban menulis, “Laszlo Krasznahorkai, peraih Hadiah Nobel Sastra asal Hungaria, membawa kebanggaan bagi bangsa kami. Selamat!”

Upacara penganugerahan Nobel akan digelar pada Desember mendatang di Stockholm. Selain medali dan kehormatan, Krasznahorkai akan menerima hadiah sebesar 1,2 juta dolar AS, serta diwajibkan memberikan kuliah khusus sebagaimana tradisi penerima Nobel sebelumnya.

Dengan kemenangan ini, dunia sastra sekali lagi mengingatkan bahwa di tengah kekacauan global, seni tetap menjadi ruang perlawanan dan refleksi terdalam manusia—dan Laszlo Krasznahorkai, dengan kalimat panjangnya yang nyaris tanpa titik, menjadi saksi bahwa bahasa bisa tetap hidup bahkan di tengah kehancuran.


(*)

Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

TerPopuler

close