Oleh: Redaksi Etolesa
Pemkab Sumenep kembali menggelar Festival Srikaya Sumenep pada tahun 2025 dengan harapan besar bisa memperkenalkan buah srikaya ke masyarakat luas.
Konon, festival srikaya tersebut juga masuk dalam rangkaian Calendar Event Sumenep 2025. Yang namanya festival mestinya megah dan meriah sehingga mampu perhatian wisatawan dan pelaku usaha.
Namun, alih-alih menjadi perhelatan megah yang menarik perhatian wisatawan dan pelaku usaha, festival srikaya tahun ini justru dinilai lebih buruk dibandingkan edisi tahun 2019.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Ekspektasi vs. Realita
Festival Srikaya Sumenep 2025 diselenggarakan di halaman Pemkab Sumenep dengan konsep yang sederhana.
Ekspektasi vs. Realita
Festival Srikaya Sumenep 2025 diselenggarakan di halaman Pemkab Sumenep dengan konsep yang sederhana.
Beberapa tenda didirikan untuk menampung para penjual srikaya yang sudah siap menawarkan hasil panennya dalam keranjang.
Selain itu, terdapat dua panggung utama: satu digunakan untuk pertunjukan musik, sementara yang lain menjadi tempat para pejabat menyampaikan sambutan.
Harapan besar pun muncul dari acara ini. Festival ini seharusnya menjadi ajang promosi srikaya sebagai komoditas unggulan Sumenep, menarik wisatawan dari luar daerah, memperkenalkan aneka olahan berbahan dasar srikaya, serta memberikan informasi mengenai manfaat kesehatan dari buah tersebut.
Harapan besar pun muncul dari acara ini. Festival ini seharusnya menjadi ajang promosi srikaya sebagai komoditas unggulan Sumenep, menarik wisatawan dari luar daerah, memperkenalkan aneka olahan berbahan dasar srikaya, serta memberikan informasi mengenai manfaat kesehatan dari buah tersebut.
Namun, ekspektasi itu tidak sejalan dengan kenyataan di lapangan. Yang terjadi hanyalah transaksi jual beli buah srikaya, aksi borong oleh pejabat, dan lelang srikaya tanpa inovasi lain yang dapat menarik perhatian masyarakat luas.
Kehadiran yang Didominasi PNS
Dalam sambutannya, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, menyampaikan optimisme bahwa festival srikaya ini akan memperkuat daya tarik wisata daerah dan meningkatkan posisi srikaya sebagai produk unggulan Sumenep.
Kehadiran yang Didominasi PNS
Dalam sambutannya, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, menyampaikan optimisme bahwa festival srikaya ini akan memperkuat daya tarik wisata daerah dan meningkatkan posisi srikaya sebagai produk unggulan Sumenep.
Namun, pernyataan ini terasa janggal mengingat mayoritas peserta festival berasal dari kalangan pegawai negeri sipil (PNS), yang sisanya adalah undangan lain yang juga berasal dari Sumenep.
Minimnya partisipasi masyarakat umum, apalagi dari luar daerah, membuat klaim festival ini sebagai ajang promosi wisata menjadi dipertanyakan.
Lebih jauh, siaran langsung dari Dinas Kominfo Sumenep memperlihatkan momen ketika Bupati dan para pejabat berkeliling menghampiri para penjual srikaya.
Lebih jauh, siaran langsung dari Dinas Kominfo Sumenep memperlihatkan momen ketika Bupati dan para pejabat berkeliling menghampiri para penjual srikaya.
Dalam kesempatan itu, Bupati meminta pejabat membeli srikaya, yang diikuti oleh lelucon mengenai kemungkinan mutasi jabatan jika srikaya tidak habis terjual.
Walaupun mungkin hanya bercanda, pernyataan semacam itu bisa dianggap tidak pantas, terutama jika menyangkut pejabat senior yang lebih tua dari sang Bupati.
Jauh Berbeda dari Festival Srikaya 2019
Jika dibandingkan dengan Festival Srikaya Sumenep 2019, acara tahun ini terasa jauh lebih sederhana dan kurang memberikan dampak yang berarti.
Jauh Berbeda dari Festival Srikaya 2019
Jika dibandingkan dengan Festival Srikaya Sumenep 2019, acara tahun ini terasa jauh lebih sederhana dan kurang memberikan dampak yang berarti.
Pada tahun 2019, di bawah kepemimpinan Dr. KH. A. Busyro Karim M.Si, festival srikaya digelar di Lapangan Kerapan Sapi Kecamatan Bluto, sebuah lokasi yang lebih luas dan strategis.
Acara tersebut tidak hanya menampilkan jual beli buah srikaya, tetapi juga menghadirkan sesi edukasi tentang manfaat srikaya berdasarkan penelitian ilmiah. Informasi seperti kemampuan srikaya dalam mengobati asma, menurunkan kolesterol, dan menjadi makanan sehat bagi penderita diabetes disampaikan kepada masyarakat.
Tak hanya itu, Festival Srikaya Sumenep 2019 juga menampilkan berbagai olahan berbahan dasar srikaya, seperti dodol srikaya, cupcake, makanan khas Sumenep bernama bu’uk, serta sambal srikaya.
Tak hanya itu, Festival Srikaya Sumenep 2019 juga menampilkan berbagai olahan berbahan dasar srikaya, seperti dodol srikaya, cupcake, makanan khas Sumenep bernama bu’uk, serta sambal srikaya.
Keberagaman ini menjadikan festival tidak hanya sebatas transaksi jual beli buah, tetapi juga sebagai ajang eksplorasi kuliner dan promosi produk lokal.
Belajar dari Kegagalan
Festival Srikaya Sumenep 2025 bisa dikatakan gagal dalam memenuhi harapan yang telah dibangun sebelumnya.
Belajar dari Kegagalan
Festival Srikaya Sumenep 2025 bisa dikatakan gagal dalam memenuhi harapan yang telah dibangun sebelumnya.
Dari lokasi penyelenggaraan yang kurang representatif hingga minimnya inovasi dalam acara, festival ini kurang berhasil menarik perhatian masyarakat luas.
Jika ingin festival di tahun-tahun mendatang menjadi lebih sukses, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki:
1. Pemilihan Lokasi yang Lebih Baik
Festival sebaiknya diselenggarakan di tempat yang lebih luas dan strategis, seperti alun-alun kota atau lapangan besar, sehingga lebih mudah diakses oleh masyarakat umum dan wisatawan.
2. Inovasi dalam Konsep Acara
Selain jual beli buah, festival harus menghadirkan sesi edukasi mengenai manfaat srikaya, lomba kreasi olahan srikaya, serta demonstrasi kuliner agar lebih menarik bagi pengunjung.
3. Peningkatan Promosi dan Undangan untuk Masyarakat Luas
Acara ini harus dipromosikan secara lebih luas, baik melalui media sosial, radio, maupun kerja sama dengan komunitas wisata agar menarik lebih banyak pengunjung dari luar daerah.
1. Pemilihan Lokasi yang Lebih Baik
Festival sebaiknya diselenggarakan di tempat yang lebih luas dan strategis, seperti alun-alun kota atau lapangan besar, sehingga lebih mudah diakses oleh masyarakat umum dan wisatawan.
2. Inovasi dalam Konsep Acara
Selain jual beli buah, festival harus menghadirkan sesi edukasi mengenai manfaat srikaya, lomba kreasi olahan srikaya, serta demonstrasi kuliner agar lebih menarik bagi pengunjung.
3. Peningkatan Promosi dan Undangan untuk Masyarakat Luas
Acara ini harus dipromosikan secara lebih luas, baik melalui media sosial, radio, maupun kerja sama dengan komunitas wisata agar menarik lebih banyak pengunjung dari luar daerah.
Kesimpulan
Festival Srikaya Sumenep 2025 yang digadang-gadang sebagai ajang promosi srikaya ke masyarakat luas justru mengecewakan.
Festival Srikaya Sumenep 2025 yang digadang-gadang sebagai ajang promosi srikaya ke masyarakat luas justru mengecewakan.
Minimnya inovasi dalam acara, dominasi peserta dari kalangan PNS, dan kurangnya informasi edukatif membuat festival ini terasa kurang bermakna dibandingkan dengan edisi tahun 2019.
Jika Pemerintah Kabupaten Sumenep ingin festival ini benar-benar memberikan dampak positif, maka perlu dilakukan evaluasi menyeluruh dan perbaikan konsep di masa mendatang.
Tanpa perubahan yang signifikan, Festival Srikaya berisiko hanya menjadi acara seremonial tanpa dampak nyata bagi perekonomian dan pariwisata Sumenep.
(*)