ETOLESA.WEB.ID - SUMENEP – Ajang tahunan Madura Night Vaganza 2025 melahirkan catatan manis bagi Bappeda dan BKPSDM Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Mengusung konsep Labeng Mesem, booth kolaborasi kedua instansi itu dinobatkan sebagai yang terbaik setelah mengungguli peserta lain.
Penghargaan Best Booth Madura Night Vaganza 2025 diserahkan langsung oleh Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Sumenep pada malam penutupan di Lapangan GOR A. Yani.
Labeng Mesem, ikon pintu Keraton Sumenep, dipilih sebagai tema utama. Filosofinya dianggap relevan dengan kepemimpinan modern yang menekankan keramahan, keterbukaan, dan kebijaksanaan.
“Labeng Mesem bukan hanya simbol arsitektur, tapi juga representasi dari bagaimana pemimpin menyambut masyarakat dengan kehangatan, keterbukaan, dan kebijaksanaan,” kata Kepala Bappeda Sumenep, Arif Firmanto, Kamis (4/9/2025).
Booth itu dirancang dengan sentuhan sejarah. Ada miniatur alun-alun taman bunga serta ornamen merah dan hijau yang dominan.
“Merah melambangkan keberanian dan tanggung jawab, sementara hijau menjadi representasi keseimbangan hidup serta harapan yang terus tumbuh,” ujar Arif.
Berbeda dari pameran biasa, booth Bappeda dan BKPSDM menawarkan pengalaman interaktif. Warga yang datang tidak hanya melihat, tetapi juga diajak berdialog dan berbagi ide.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya melihat, tetapi juga ikut terlibat. Booth ini kami posisikan sebagai ruang dialog, sebagaimana pemerintah mestinya hadir sebagai fasilitator aspirasi,” ucapnya.
Kolaborasi kedua instansi itu dinilai memperlihatkan integrasi peran. Bappeda berfokus pada perencanaan pembangunan, sementara BKPSDM menitikberatkan pengembangan kualitas aparatur.
“Seperti para raja Sumenep yang visioner dalam menata pemerintahan, kami juga berkomitmen membangun daerah melalui tata kelola yang unggul dan berkelanjutan,” tambah Arif.
Gelaran Madura Night Vaganza 2025 sendiri bukan sekadar hiburan rakyat. Acara ini juga menjadi panggung kreativitas dan inovasi yang menampilkan potensi daerah, budaya, hingga karya instansi pemerintahan.
Bagi Bappeda dan BKPSDM, penghargaan Best Booth menjadi bukti bahwa birokrasi bisa hadir dengan wajah humanis, membumi, dan tetap sarat nilai budaya.
“Pembangunan bukan hanya angka dalam dokumen perencanaan, tetapi juga seni merawat identitas, tradisi, dan kedekatan dengan masyarakat,” pungkasnya.
(*)